PEMBAHASAN
2.1.
PERAWATAN
KESEHATAN PADA BALITA
Balita
merupakan anak usia 1-5 tahun. Pelayanan kesehatan pada anak balita,meliputi :
1.
Pemantauan pertumbuhan
balita dengan KMS
KMS
(Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang
dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak.Oleh karenanya
KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap
kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan
dan dokter.
KMS-Balita
menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh
kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian
makan pada anak.KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas
kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi
kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan
kesehatan- nya.
KMS
berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi,
penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak,
pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan
rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit. KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan
kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI,
2000).
Manfaat
KMS adalah :
¨ Sebagai
media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan
diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif,
dan Makanan Pendamping ASI.
¨
Sebagai media edukasi
bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
¨
Sebagai sarana
komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan
tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2.
Pemberian Kapsul
Vitamin A
Vitamin
A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh
tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan
untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel,
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.Upaya perbaikan
gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak
mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian
kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2
kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin
A terdiri dari 2 jenis :
·
Kapsul vitamin A biru
(100.000 IU) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu
tahun
·
Kapsul vitamin A merah
(200.000 IU) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga
dengan xeroftalmia (mata kering).Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A
pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir
atau konjungtiva dan selaput bening (kornea mata).
Pemberian vitamin A termasuk dalam
program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan
yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara
gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian
diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita
dari keluarga menengah kebawah.
3.
Pelayanan Posyandu
Posyandu
merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
1) Penimbangan
berat badan
2) Penentuan
status pertumbuhan
3) Penyuluhan
4) Jika
ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan
deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke
Puskesmas.
4.
Manajemen Terpadu
Balita Sakit
Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness
(IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana
balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara
menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu
pendekatan/cara menatalaksana balita sakit.Kegiatan MTBS merupakan upaya
pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat
jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes,
Poskesdes, dll).
Bila
dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk
mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan
balita di Indonesia.Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif
(pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan
upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering
terjadi pada balita.Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan
MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan
angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas
yang menguntungkan, yaitu:
a. Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
asalkan sudah dilatih).
b. Memperbaiki
sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1
kali pemeriksaan MTBS).
c. Memperbaiki
praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian
pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan).
5.
Pelayanan Immunisasi
Imunisasi
adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak
sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari
infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis
(batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan
terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena
Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian.
Imunisasi
bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah
tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak
dan hepatitis.
Beberapa imunisasi yang diberikan pada
bayi dan balita :
1) BCG
a. Tujuan
Untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit TBC
b. Jadwal pemberian
Bayi
berumur 0-11 bulan, tapi dengan dosis 0,05 cc. Vaksinasi diulang pada umur 5 tahun
c. Diberikan secara intracutan pada lengan kanan keatas
d. Efek samping
Penyuntikan
secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus lokal yang supervialal 3 minggu setelah penyuntikan,
ulkus yong biasu tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan
parut bulat dengan
diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul semakain besar, namun apabila penyutikan
terlalu dalam, parut yang terjadi tertarik ke
dalam.
2)
DPT
a.
Tujuan
Untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus
b.
Jadwal
pemberian
Pada
bayi 2-11 bulan, sebanyak 3 kali suntikan dengan selang waktu 4 minggu secara IM di paha bagian atas dengan dosis 0,5 cc.
Imunisasi ulang lainnya
dlberikan umur 1,5-2 tahun, kemudian pada usia 6-8 tahun dan 10 tahun
c.
Efek
samping
Kemerahan, bengkak,
dan nyeri pada lokasi injeksi, terjadi pada kira-kira separuh penderita. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan
dan 1% dapat hiperperiksia. Anak sering gelisah, dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca penyuntikan
3)
Hepatitis B
a.
Tujuan
Untuk
mendapatkan kekebalan terhadap virus hepatitis
b.
Jadwal
pemberian
Pada usia 0-1
bulan, dianjurkan pad usia 0-7 hari. Kemudian pada usia 2-3 bulan.
c.
Diberikan
secara IM di paha bayi dengan dosis 0,5 cc
d.
Efek
samping yang terjadi biasanya ringan, berupa nyeri, panas, mual nyeri sendi dan otot
4)
P
olio
a.
Tujuan
Untuk
mendapatkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis
b.
Jadwal
pemberian
Pada bayi umur
2-3 bulan, diberikan sebanyak 3 kali pemberian dengan dosis 2 tetes dengan interval 4 minggu. Pemberian
ulang pada umur 1,5 -2
tahun dan menjelang umur 5 tahun
c.
Efek samping
Setelah
vaksinasi sebagian kecil resipen dapat mengalami gejala-gejala pusing, diare ringan, dan otot
5)
Campak
a. Tujuan
Untuk mendapatkan, kekebalan terhadap
penyakit
b. Jadwal pemberian
Umur 9-11
bulan dengan 1 kali pemberian, dengan dosis 0,5 cc secara subkutan di lengan kiri
c. Efek samping
Di laporkan
setelah vaksinasi MMR (measies mumps, dan ruballa) dapat terjadi malaise demam atau ruam sering
terjadi 1 minggu setelah imunisasi
dapat terjadi kejang demam ensefalitas pasca imunisasi dan pembengkakan kelenjar parutis pada
minggu ke – 3.
Imunisasi
dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling,
Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit.
Pelayanan imunisasi pada balita
dapat disesuaikan dengan jadwal pemberiannya yaitu :
Konseling pada keluarga
balita
Konseling yang dapat
diberikan adalah :
-
Pemberian makanan
bergizi pada bayi dan balita
-
Pemberian makanan bayi
-
Mengatur makanan anak
usia 1-5 tahun.
-
Pemeriksaan rutin/berkala
terhadap bayi dan balita
-
peningkatan kesehatan
pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak
anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan).
Perawatan Kesehatan Anak Balita
Salah satu upaya untuk
mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita
adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya.Bidan yang bekerja di komunitas melakukan kegiatan pelayanan
kesehatan anak balita di rumah (keluarga), Puskesmas/Puskesmas pembantu, Posyandu,
Polindes dan Taman Kanak-kanak.
1. Pelayanan kesehatan pada anak balita
a. Pemeriksaan kesehatan anak balita
secara berkala
b. Penyuluhan pada orang tua, menyangkut
perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pengawasan tumbuh kembang anak
c. Imunisasi dan upaya pencegahan penyakit
lainnya
d. Identifikasi tanda kelainan dan
penyakit yang mungkin timbul pada bayi dan cara menanggulanginya
2. Kunjungan
anak balita
Bidan
berkewajiban mengunjungi bayi yang ditolongnya atupun yang ditolong
oleh dukun di bawah pengawasan bidan di rumah.
ü
Kunjungan ini dilakukan
pada minggu pertama setelah persalinan. Untuk
selanjutnya bayi bisa dibawa ke tempat bidan bekerja
ü Anak berumur sampai 5 bulan diperiksa setiap bulan
ü
Kemudian pemeriksaan
dilakukan setiap 2 bulan sampai anak berumur 12 bulan
ü
Setelah
itu pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan sampai anak bet umur 24 bulan
ü
Selanjutnya
pemeriksaan dilakukan satu kali se-tahun.
Kegiatan
yang dilakukan pada kunjungan balita antara lain:
ü
Pemeriksaan
fisik anak ditakukan termasuk penimbangan berat badan
ü
Penyuluhan
atau nasehat pada ibu tentang pemeliharaan kesehatan anak
dan perbaikan gizi serta hubungan psiko sosial antar anak, ibu dan keluarga.
Ibu diminta memperhatikan tumbuh kembang anak, pola makan dan tidur serta perkembangan prilaku dan sosial anak.
ü
Penjelasan
tentang Keluarga Berencana
ü
Dokumentasi
pelayanan
3. Pemeriksaan
kesehatan anak balita
Kegiatan observasi dilakukan untuk mengetahui keadaan
umum anak:
a.
Bagaimana
postur tubuhnya, kurus atau gemuk?
b.
Apakah
da!am keadaan tenang? Mengantuk atau gelisah?
c.
Bagaimana
kondisi psikologis anak, marah, cengeng atau ramah?
d.
Bagaimana
kondisi kulit anak?
e.
Apakah sesak napas atau tidak?
f.
Bagaimanan
kondisi matanya, cekung, ada kotoran, warna konjungtiva?
g.
Bagaimana
kesan pertumbuhan anak? Apakah sesuai antara berat badan, tinggi badan, dan perkembangan mentalnya?
Beberapa
hal yang perlu dilakukan pada pemeriksaan fisik adalah sebagai berikut:
Ø
Anak
diperiksa dalam keadaan tanpa pakalan kecuali popok atau celana dalam
Ø
Bila
anak gelisah, pemeriksaan dilakukan di atas pangkuan ibu
Ø
Ibu
diminta membantu proses pemeriksaan agar berjalan lancar
Ø Berikan pengertian pada anak yang sudah besar dan mengerti
tentang pemeriksaan
Ø Denyut
nadi, suhu napas jangan lupa diperiksa
Pemantauan Tumbuh Kembang Bayi dan Balita
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat,
panjang, umur tulang dan keseimbangan tulang.
Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan.
David
Morloy merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan anak yang disebut "road to health card" pada
tahun 1975 di des Imesi, Nigeria. Kartu
tersebut disebut dengan KMS (Kartu Menuju Sehat) yang merupakan alat penting untuk memantau tumbuh kembang anak.
Menurut Mortey, pada KMS terdapat 4 patokan sederhana
perkembangan psikomotorik,
sehingga ibu dapat mengetahui tingkat perkembangan anaknya.
§
Kemampuan
duduk (5-9 ½ bulan)
§
Berjalan
± 10 langkah tanpa bantuan (9-18 ¼ bulan)
§
Mengucapkan
sepatah kata (10-12 bulan)
§ Kemampuan berbahasa beberapa kata (18 ½ bulan-3 tahun)
Tujuan pemantauanfisik anakadalah:
a.
Agar
pertumbuhan mudah diamati
b.
Menciptakan
kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap kebutuhan anak
c.
Meningkatkan
pertumbuhan yang layak untuk pertumbuhan anak
d.
Melukiskan
setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak
e.
Menemukan
seawal mungkin gejala-gejala gangguan pertumbuhan
f.
Merupakan
sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu:
ü Gizi/makanan bayi dan anak
ü Tumbuh kembang anak
ü Kesehatan anak
ü Imunisasi
ü Keluarga Berencana
ü
Pencegahan : deflsiensi vitamin
A, dehidrasi akibat diare, sanitasi lingkungan, dll
Tumbuh
kembang anak diperiksa diperiksa berdasarkan umur. Yang diperhatikan adalah aktifitas motor anak, bahasa dan
adaptasi lingkungannya. Tumbuh kembang anak
normal sebagi berikut:
v
Umur
satu bulan
§ Refleks moro dapat menghisap,
menggenggam positif
§
Bila
ditelungkupkan bayi berusaha mengangkat kepala dan kaki bergerak seperti mau merangkak
§
Dalam
posisi duduk, punggung bungkuk, kepala tegak sesaat Bayi kebanyakan tidur
§
Bayi
diam bila ada suara terkejut bila mendengar bunyi suara vokal (bila menangis)
§
Mata
bayi mengikuti objek yang tergantung dibenang yang digoyangkan ke kiri dan ke kanan
v Umur dua bulan
§
Menendang-nendang
dan gerak tangan yang energik
§
Kepala
bergoyang bila dalam posisi duduk
§
Bila
telungkup, kepala tegak, membentuk sudut 450
§
Tangan
dihisap sendiri dan selalu terbuka
§
Mengeluarkan
satu suara vokal seperti a-e-u
§
Kepala
dan mata mengarah ke suara
§
Mengikuti
objek yang bergoyang
§
Gerak
ekspresi berjaga-jaga
§
Senyum
bila diajak bicara lembut
v
Umur
tiga bulan
§
Telungkup,
kepala tegak 900
§
Refleks
moro dan menggenggam mulai tidak nampak
§
Berguling
(3 – 4 bulan)
§
Ketawa
kecil, memekik
§
Respon
terhadap musik
§
Bersuara
a-a, la-la, oo-oo
§
Berusaha
menggapai objek tapi tidak tepat
§
Memegang
benda dengan erat bila diletakkan di atas tangannya dan menarik baju
§
Mengikuti
objek ke samping (1800)
§
Memperhatikan
orang dan mainan
§
Senyum
spontan
v
Umur
empat bulan
§
Dapat
duduk dengan bantuan dan berpaling ke arah bunyian
§
Mengangkat
kepala sewaktu tengkurap, untuk berupaya duduk
§
Kaki
menendang-nendang bila didirikan
§
Tertawa
keras (4-5 bulan)
§
Mengucapkan
: seperti m-p-b
§
Mengulang
suara yang didengar
§
Memegang
giring-giring
§
Memindahkan
objek dari satu tangan ke tangan lain
§
Menarik
baju ke muka sendiri
§
Senyum
spontan ke orang yang dilihat
v
Umur
lima bulan
§ Berguling
dari satu sisi ke sisi lain
§ Beringsut
dari belakang ke depan
§ Tegak
bila diangkat dan berpegang bila duduk
§ Berdiri
bila di bantu
§ Mengenal
suara yang sering di dengar
§ Berhenti menangis bila mendengar nyanyian
§ Memegang benda yang disenangi dan menggapai mainan dengan dua tangan
§ Senyum
pada bayangan kaca
§ Memalingkan
kepala ke arah suara
§ Senang
bermain dengan orang lain
v
Umur
enam bulan
- Tengkurap : Mengangkat kepala spontan
- Duduk dengan bantuan
- Beringsut mundur (6-7 bulan)
- Memegang kaki dan bermain dengan jari kaki
- Memegang benda kecil (kubus) dengan telapak
- Bersuara bila melihat kaca
- Mengucapkan empat jenis bunyi
- Melokalisasi sumber suara
- Memasukkan benda kecil ke mulut
- Curiga terhadap orang atau suara asing
- Memberi perhatian pada orang atau objek
- Mempertahankan perhatian bila diambil
- Mengangkat tangan bila mau diambil
v
Umur
delapan bulan
§ Duduk sendiri (6-8 bulan)
§ Mulai melangkah dan mencoba merangkak
§ Bergerak maju mengambil objek
§ Bersuara seperti a-la, a-ba, oo-oo,
a-ma, ma-ma, pa-pa (8-10 bulan)
§ Mendengar orang bercakap-cakap dan berterlak untuk menarik perhatian
(8-10 bulan)
§ Bergerak mengambil mainan di luar
jangkauan
§ Membunyikan lonceng
§ Minum dan cangkir
§ Bermain ci-luk-ba
§ Memperhatikan bayangan di kaca
§ Bermain kertas
§ Makan biskuit sendiri
v Umur sepuluh bulan
§ Duduk mandiri
§ Berdiri dengan pegangan, merangkak, dan
berjalan dengan pegangan
§ Dapat berputar bila diletakkan di atas lantai
§ Menggelengkan kepala manyatakan tidak
§ Melambaikan tangan untuk ucapan selamat (tinggal atau jalan)
§ Memberi respon terhadap panggilan nama
sendiri
§ Menyuarakan beberapa ucapan (10-12 bulan)
§ Bermain tepuk tangan
v Umur dua belas bulan
§ Berdiri
sendiri dan berjalan, dengan bantuan atau tangan yang dipegang orang lain
§ Berputar
dalam posisi duduk
§ Menggenggam
2 benda kecil di dalam satu tangan
§
Mengucapkan kata dengan
arti yang spesiik seperti "mama" untuk Ibu
§
Berbicara kepada mainan
§
Mengoceh
bila sendiri
§
Mematuhi
perintah yang sederhana seperti "Beri saya cangkir itu"
§
Ikut
membantu sendiri bila dipasangkan pakaiannya
§
Bermain
dengan cangkir atau sendok
§
Menunjukkan
sesuatu dengan jari telunjuk
§
Mencoba
mengambil benda kecil dan dalam kotak
§
Memasukkan
benda kecil ke mulut
§
Memegang
cangkir untuk minum
§
Memperhatikan
tulisan
v Umur lima belas bulan
§ Berdiri sendiri dan memanjat
§ Berlutut di lantai atau di kursi
§ Berjalan dengan keseimbangan badan yang
baik
§ Berbicara dengan 4-5 kata
§ Menunjukkan keinginan sesuatu dengan
bicara
§ Tahu namanya sendiri
§ Mengangkat cangkir untuk minuman
§ Minum dengan sendok
§ Menunjukkan atau membori mainan kepada seseorang
§ Membanu membuka pakaiannya sendiri
§ Memasukkan benda kecil ke dalam
botol tanpa demonstrasi
§ Senang mendorong mainan beroda
v
Umur
18 bulan
§ Berlari
dan naik tangga dengan pegangan satu tangan
§
Berjalan mundur dan
mengangkat kursi Melempar bola
§
Mengucapkan
angka 1-10 (18-21 bulan)
§
Menunjukkan
sekurang-kurangnya satu bagian tubuh yang ditanyakan
§
Dapat
menyebutkan "halo"
§
Menunjukkan
benda yang ditawarkan seperti cangkir, sendok, mobil, kursi
§ Membalikkan
halaman buku
§ Membawa
atau memeluk boneka
§ Mencoret-coret
v
Umur
21 bulan
§ Berlari dan naik turun tangga dengan pegangan
§
Naik tangga sendiri
§
Menendang
bola
§
Bercakap
dengan mengucapkan 15-20 kata
§
Mampu
mengkombinasikan dua atau tiga kata
§
Minta
makan atau minum
§
Memberi bola pada orang lain (ibunya), meletakkan bola ke
tempat yang lain
§
Menunjukkan
3-4 bagian tubuh yang ditanyakan
§
Membantu
kegiatan rumah yang sederhana (21-24 bulan)
§ Memindahkan pakaian dengan baik
§ Menarik orang lain untuk menunjukkan sesuatu
v
Umur
24 bulan
§
Berlari tanpa jatuh
§
Mengucapkan sekurang-kurang
satu kalimat atau ungkapan 4-5 ungkapan
§
Dapat mengucapkan kembali 5-6
suara konsunan (yang terpilih : m-p-b-h-w)
§
Menujukkan
4 bagian tubuh yang di tanyakan
§
Menyebutkan
benda diatas meja bila di tanyakan
§
Menyebutkan
nama sendiri
§
Melempar bola ke dalam kotak
§
Mengambarkan garis vertikal
setelah di tunjukan
v Umur 2,5 tahun
§
Melompat
dan mencoba berdiri dengan satu kaki
§ Memegang
pensil dengan jari
§ Mencoba
jalan berjingkrak
§
Menyebut nama benda
sehari-hari
§
Menjawab
pertanyaan sederhana sepert "apa ini"?
§
Mendorong mainan yang
terarah
§ Menolong
membuang sesuatu
§
Memakai pakaian
§
Membasuh
dan mengeringkan tangan
§
Makan
dengan sendok
§
Mengambar
garis horizontal yang dipertunjukan
§
Berupaya
mengambar lingkaran yang ditunjukan
v
Umur
3 tahun
§
Berdiri
satu kaki sekurang-kurangnya satu detik
§
Melompat
dari anak tangga paling bawah
§
Dapat
melepaskan dua kancing baju
§
Menaiki
sepada roda tiga
§
Mengucapkan
kalimat dengan enam kata seperti "saya punya ibu, bapak dan kakak"
§
Menyebutkan
tiga atau lebih nama objek di dalarn gambar atau foto
§
Membedakan
laki-laki dan perempuan
§
Menyebutkan nama
lengkap
§
Menjawab pertanyaan
dengan tepat
§ Mengenal
sekurang-kurangnya satu warna
§
Dapat menjawab
pertanyaan sekurang-kurangnya dengan tiga kata dalam satu kalimat
§
Menguasai
750-1000 kata ( 3-3,5 tahun)
§
Memahami
giliran
§
Menyalin
gambar lingkaran
§
Berpakaian
dengan pengawasan
§ Berbisik
§ Makan
sendiri dengan baik
v
Umur
4 tahun
§ Berdiri satu kaki lebih kurang 5 detik
§ Melompal sekurang-kurangnya 2 kali dengan satu kaki
§ Dapat mengancingkan baju dan mengikat
sepatu
§ Mengulang 10 kata tanpa salah
§ Menghitung tiga objek, dan menunjukannya dengan benar
§ Memahami misalnya : "apa yang diperbuat bila lapar mengantuk dan kedinginan ?"
§ Kalimat spontan, pengucapannya 4 sampai 5 kata Suka mengajukan pertanyaan
§ Memahami kata
seperti di atas, di bawah, di belakang, dan sebagainya (letakan benda ini diatas benda)
§ Dapat menunjukan 3-4 warna
§ Berbicara dengan komunikasi yang efektif
§ Mencontoh lukisan/gambar Bermain
bersama dengan anak-anak lain
§ Memakai dan membuka pakaian sendiri
§ Mengosok gigi dan membasuh muka
§ Ke toilet sendiri
Umur
5 tahun
§ Berdiri 1 kaki 8-10 detik
§ Melompat, menggunakan kaki bergantian
§ Menangkap dengan tangan, bola yang dilempar dengan 2-3 kali percobaan
§ Mengetahui umur sendiri Mengenal 4
macam warna
§ Menyebutkan fungsi benda sehari-hari seperti sendok, pensil dan sebagainya
§ Menyebutkan jenis benda
§ Menanyakan arti sesuatu kata
§ Hanya sedikit salah mengucapkan kata
§ Mengambar manusia sekurang-kurangnya menunjukan 6 bagian tuhuh
§ Membawa mainan dengan mainan kereta
§ Bermain dengan pensil berwarna
§ Bermain dalam kelompok
2.2.
PELAYANAN KONTRASEPSI
A. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra
berarti ‘mencegah’ atau ‘melawan’ dan konsepsi yang berartipertemuan
antara sel telur yang matang dan sel sperma
yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut. Ada dua pembagian cara
kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi moderen
(metode efektif).
1.
Cara Kontrasepsi Sederhana
Kontrasepsi sederhana terbagi lagi
atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat.Kontarsepsi
sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus dan pantang
berkala.Sedangkan kontarsepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan
menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream,
jelly, atau tablet berbusa (vaginal tablet).
a)
Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria
dikeluarkan dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar.
Cara ini tidak dianjurkan karena sering gagal, karena suami belum tentu tahu
kapan spermanya keluar.
b)
Pantang Berkala (Sistem Kalender)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada
saat istri dalam masa subur.Cara ini kurang dianjurkan karena sukar
dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’.Selain itu, kadang juga
istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
c)
Kondom/Diafragma
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet
tipis, biasanya terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi
zakar yang berdiri (tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom
sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah
penularan penyakit seksual, termasuk HIV/AIDS.
Kondom mempunyai kelebihan antara lain mudah diperoleh
di apotek, toko obat, atau supermarket dengan harga yang terjangkau dan mudah
dibawa kemana-mana. Selain itu, hampir semua orang bisa memakai tanpa mengalami
efek sampingan.Kondom tersedia dalam berbagai bentuk dan aroma, serta tidak
berserakan dan mudah dibuang.Sedangkan diafragma adalah kondom yang digunakan
pada wanita, namun kenyataannya kurang populer di masyarakat.
d) Cream, Jelly, atau Tablet Berbusa
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke
dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama, yaitu untuk menghambat
geraknya sel sperma atau dapat juga membunuhnya. Cara ini tidak populer di
masyarakat dan biasanya mengalami keluhan rasa panas pada vagina dan terlalu banyak
cairan sehingga pria kurang puas.
2.
Cara Kontrasepsi Moderen/Metode Efektif
Cara kontrasepsi ini dibedakan atas
kontrasepsi tidak permanen dan kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat
dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan, dan
norplant. Sedangkan cara kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode
mantap, yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi
(sterilisasi pada pria).
a)
Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum.Pil
telah diperkenalkan sejak 1960. Pil diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil
dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang paling efektif bila
diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera sesudah terjadinya
keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya
penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih
menyusui) dan disarankan menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.
Pil dapat digunakan untuk menghindari kehamilan pertama
atau menjarangkan waktu kehamilan-kehamilan berikutnya sesuai dengan keinginan
wanita.Berdasarkan atas bukti-bukti yang ada dewasa ini, pil itu dapat diminum
secara aman selama bertahun-tahun.Tetapi, bagi wanita-wanita yang telah
mempunyai anak yang cukup dan pasti tidak lagi menginginkan kehamilan
selanjutnya, cara-cara jangka panjang lainnya seperti spiral atau sterilisasi,
hendaknya juga dipertimbangkan.Akan tetapi, ada pula keuntungan bagi penggunaan
jangka panjang pil pencegah kehamilan.Misalnya, beberapa wanita tertentu merasa
dirinya secara fisik lebih baik dengan menggunakan pil daripada tidak.Atau
mungkin menginginkan perlindungan yang paling efektif terhadap kemungkinan
hamil tanpa pembedahan.Kondisi-kondisi ini merupakan alasan-alasan yang paling
baik untuk menggunakan pil itu secara jangka panjang.
Jenis-jenis Pil
·
Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang
mencegah kehamilan, dan hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.
·
Pil berturutan
Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya estrogen yang disediakan selama
14—15 hari pertama dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5—6 hari pil gabungan
antara estrogen dan progestin pada sisa siklusnya.Ketepatgunaan dari pil
berturutan ini hanya sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar
antara 98—99%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil berturutan pada awal siklus akan dapat
mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga terjadi kehamilan. Karena pil
berturutan dalam mencegah kehamilan hanya bersandar kepada estrogen maka dosis
estrogen harus lebih besar dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula
sehubungan dengan efek-efek sampingan yang ditimbulkan oleh estrogen.
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan
memiliki sifat pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher
rahim (merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan
sperma.Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium (lapisan dalam rahim)
sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.
b)
AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum
wanita merupakan alat kontrasepsi yang terbaik.Alat ini sangat efektif dan
tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui,
AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum
dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.Karena itu, setiap calon pemakai AKDR
perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi
ini.
Jenis-jenis AKDR di Indonesia
1.
Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
2.
Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
3.
Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene)
dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya
dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan
luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah
efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
4.
Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya
seperti spiral atau huruf S bersambung.Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang
pada ekornya.Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran
panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9
(benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal,
benang putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi
jarang menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan
plastik.
c)
Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah obat
pencegah kehamilan yang pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat
tersebut pada wanita subur.Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate
(DMPA).Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler) di bokong (gluteus)
yang dalam atau pada pangkal lengan (deltoid).
Cara pemakaian
Cara ini baik untuk wanita yang
menyusui dan dipakai segera setelah melahirkan. Suntikan pertama dapat diberikan
dalam waktu empat minggu setelah melahirkan. Suntikan kedua diberikan setiap
satu bulan atau tiga bulan berikutnya.
d) Kontrasepsi Susuk (Implant)
Kontrasepsi susuk (implant) di Indonesia disebut dengan nama
"susuk KB". Kontrasepsi ini berisi levo norgestrel, terdiri dari 6
kapsul yang diinsersikan dibawah kulit lengan atas
bagian dalam progesten yang telah banyak dipakai nordette.
Setiap kapsul mengandung 38 mg levonorgestrel dan akan efektif sebagai kontrasepsi
untuk 5 tahun.
Implant merupakan cara KB yang sangat efektif dalam mencegah
kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan secara sempurna karena:
§ Implant tidak merepotkan. Setelah pemasangan, akseptor tidak perlu
melakukan atau memikirkan apa-apa misalnya pada pengguna pil.
§ Sekali pasang, akseptor akan mendapat perlindungan selama 5 tahun.
§ Pemakaian diarahkan kepada daerah yang sulit menerima IUD/kontap.
Diutamakan bagi peserta yang sudah cukup anak , tidak ingin
mempunyai anak lagi tetapi belum siap menjalani kontrasepsi mantap.
§ Implant cukup memuaskan, tidak ada yang di masukkan ke dalam
vagina dan tidak menganggu kebahagian dalam hubungan seksual
§ Implant sangat mudah diangkat kembali. Bila seorang akseptor menginginkan
anak lagi, kesuburan langsmg dapat kembali setelah implant diangkat.
§ Implant merupakan cara KB yang ideal bagi ibu yang tidak mau mempunyai
anak lagi, akan tetapi belum siap untuk melakukan sterilisasi.
Kontra indikasi pemakaian implant ialah hamil atau disangka hamil, kelainan kardiovaskuler,
sakit kuning, gula, infeksi panggul, psikosis/neurosis,
riwayat kehamilan ektopik, riwayat molahidatidosa, varises
berat, ibu sedang menyusui.
e)
Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan
pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan
mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi.Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami
sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang
konvensional.Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena kemungkinan untuk menjadi
hamil kecil sekali.
Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan
sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor.Dengan demikia, sterilisasi tidak
boleh dilakukan kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak
harmonis atau hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan
pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan
untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah anak dan usia istri.
Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus 3 atau
lebih.
2.2 RUJUKAN
Pengertian pelayan rujukan
System rujukan dalam mekanisme
pelayanan MKET merupakan suatu system pelimpahan tanggung jawab timbal balik
diantara unit pelayanan MKET baik secra vertical maupun horizontal atau kasus
atau masalah yang berhubungan dengan MKET.
Unit pelayanan yang dimaksud disini
yaitu menurut tingkat kemampuan dari yang paling sederhana berurut-turut keunit
pelayanan yang paling mampu
Untuk AKDR Dokter
dan bidan praktek swasta, rumah bersalin, klinik KB, puskesmas, RS klas D RS klas D, RS klas C, RS
klas B, RS klas B2, dan RS klas A
Untuk implant Dokter
dan bidan praktek swasta, Rumah Bersalin, Klinik KB, Puskesmas, RS klas D RS Klas D, RS
klas C, RS Klas B, RS Klas B2, dan RS
klas A.
Untuk Vasektomi Dokter
praktek swasta, puskesmas,RS klas D RS klas B, RS klas D, RS klas C, RS klas B, RS fklas B2, dan
RS klas A
Untuk tubektomi Dokter
Praktek Swasta berkelompok, RS klas D, RS klas Df, RS klas C,RS klas B, RS klas
B2, dan RS klas A
Tujuan Rujukan
a.
Terwujudnya suatu jaringan pelayanan MKET yang terpadu disetiap
tingkat wilayah, sehingga setiap unit pelayanan memberikan pelayanan secara
berhasil guna dan berdaya guna maksimal, sesuai dengan tingkat kemampuannya
masing-masing.
b.
Peningkatan dukungan terhadap arah dan pendekatan
gerakan KB Nasional dalam hal perluasan jangkauan dan pembinaan peserta KB
dengan pelayanan yang makin bemutu tinggi serta pengayoman penuh kepada
masyarakat
Jenis Rujukan
Rujukan MKET dapat dibedakan atas
tiga jenis yaitu sebagai berikut:
a.
Pelimpahan Kasus
§ Pelimpahan kasus dari unit pelayanan
MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengan maksud
memperoleh pelayanan yang lebih baik dan sempurna.
§ Pelimpahan kasus dari unit
pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan yang lebih sederhana
dengan maksud memberikan pelayanan selanjutnya atas kasus tersebut
§ Pelimpahan kasus ke unit pelayanan
MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan pertimbangan geografis, ekonomi dan
efisiensi kerja.
§ Pelimpahan pengetahuan dan
keterampilan
b.
Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat
dilakukan dengan :
§ Pelimpahan tenaga dari unit
pelayanan MKET yang lebih mampu ke unit pelayanan MKET yang lebih sederhana
dengan maksud memberikan latihan praktis.
§ Pelimpahan tenaga dari unit
pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu
dengan maksud memberikan latihan praktis
§ Pelimpahan tenaga ke unit pelayanan
MKET dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud tukar-menukar pengalaman
c.
Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic
- Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostik dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dengn maksud menegakkan diagnose yang lebih tepat
- Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan MKET yang lebih sederhana dengan maksud untuk dicobakan atau sebagai informasi
- Pelimpahan bahan-bahan penunjang diagnostic ke unit pelayanan dengan tingkat kemampuan sama dengan maksud sebagai informasi atau untuk dicobakan
Sasaran Rujukan MKET
-
Sasaran obyektif
ü PUS yang akan memperoleh pelayanan
MKET
ü Peserta KB yang akan ganti cara ke
MKET
ü Peserta KB MKET untuk mendapatkan
pengamatan lanjutan
ü Peserta KB yang mengalami
komplikasi atau kegagalan pemakaian MKET
ü Pengetahuan dan keterampilan MKET
ü Bahan-bahan penunjang diagnostic
-
Sasaran subyektif
Petugas-petugas pelayanan MKET
disemua tingkat wilayah.
Jalur Rujukan
|
RS Cipto
RS Provinsi
|
RS Kabupaten
Kecamatan
|
Kelurahan
Jaringan rujukan MKET
v Dokter/bidan praktek swasta, Rumah
Bersalin dengan kewajiban
- Merujuk kasus-kasus yang tidak mampu ditanggulangi sendiri keunit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
- Menerima kembali untuk tindakan lebih lanjut kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih mampu
- Mengadakan konsultasi dengan mengusahakan kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan pengetahuan pelayanan yang lebih mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
- Mengusahaan kunjungan tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan tugas dan pelayanan MKET
v Unit pelayanan MKET tingkat
kecamatan (puskesmas) yang mempunyai kewajiban sebagai berikut:
§ Menerima dan menanggulangi kasus
rujukan dari unit pelayanan MKET
§ Meengirim kembali kasus yang sudah
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
§ Merujuk kasus-kasus yang tidak
mampu ditanggulangi ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
§ Menerima kembali untuk pembunaan
tindak lanjut kasus-kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
§ Mengadakan konsultasi dan mengadakn
kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan
§ Mengusahakan adanya kunjungan
tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan
pelayanan masyarakat
§ Mengirim bahan-bahan penunjang
diagnostic ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu, jika tidak dapat melakukan
pemeriksaan diagnose yang lebih tepat
§ Menerima kembli hasil pemeriksaan
bahan-bahan diagnosik yang sebelumnya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
v Unit pelayanan MKET tingkat
kabupaten/kotamadya (RS klas D,RS klas D, RS klas C).
- Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya. Pelayanan
§ Mengirim kembali kasus yang sedang
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
§ Merujuk kasus-kasus yang tidak
mampu ditanggulangi ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu dan terdekat
§ Kasus kembali untuk pembunaan
tindak lanjut kasus-kasus yang dikembalikan oleh unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
§ Mengadakan konsultasi dan
mengadakan kunjungan ke unit pelayanan yang lebih mampu untuk pembinaan petugas
dan pelayanan masyarakat
§ Mengusahakan adanya kunjungan
tenaga dari unit pelayanan MKET yang lebih mampu untuk pembinaan petugas dan
pelayanan masyarakat
§ Mengirim bahan-bahan penunjang
diagnostic ke unit pelayanan MKET yang lebih mampu, jika tidak mampu melakukan
pemeriksaan sendiri atau jika hasilnya meragukan untuk menegakkan diagnose yang
lebih tepat
§ Menerima kembali hasil pemeriksaan
bahan-bahan diagnostic yang sebelumya dikirim ke unit pelayanan MKET yang lebih
mampu
v Unit pelayanan MKET tingkat provinsi (RS klas C, RS
klas B, RS klas B2).
- Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya
§ Mengirim kembali kasus yang sudah
ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
§ Menerima konsultasi dan latihan
petugas pelayanan MKET dari Unit pelayanan MKET dibawahnya
§ Mengusahakan dilaksanakannya
kunjungan tenaga/spesialis keunit pelayanan MKET yang kurang mampu untuk
pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat
§ Menerima rujukan bahan-bahan
penunjang diagnostic
§ Mengirimkan hasil pemeriksaan
bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut diatas
v Unit pelayanan MKET tingkst pusat
(RS klas A)
- Menerima dan menanggulangi kasus rujukan dari unit pelayanan MKET dibawahnya
- Mengirim kembali kasus yang sudah ditanggulangi untuk dibina lebih lanjut oleh unit pelayanan MKET yang merujuk
- Menerima konsultasi dan latihan petugas pelayanan MKET dari unit pelayanan MKET dibawahnya
- Mengusahakan dilaksanakannya kunjungan tenaga/spesialis ke unit pelayanan MKET yang kurang mampu untuk pembinaan petugas dan pelayanan masyarakat
- Menerima rujukan bahan-bahan penunjang diagnostic
- Mengirimkan hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut diatas
Mekanisme (Tata Cara) Rujukan
- Rujukan kasus
a. Unit pelayanan yang merujuk
1. Unit pelayanan MKET yang merujuk
kasus ke unit pelayanan yang lebih mampu.
Unit pelayanan bisa merujuk kasus
ke unit pelayanan yang lebih mampu setelah melakukan proses pemeriksaan dan
dengan hasil sebagai berikut
a) Berdasarkan pemeriksaan penunjang diagnostic kasus
tersebut tidak dapat diatasi
b) Perlu pemeriksaan penunjang diagnostic yang lebih
lengkap dengan memerlukan kedatangan penderita ybs
c) Setelah dirawat dan diobati ternyata penderita masih
memerlukan perawatan dan pengobatan di unit pelayanan yang lebih mampu
2. Unit pelayanan yang merujuk
kasus ke unit pelayanan yang lebih sederhana
Unit pelayanan yang merujuk kasus
ke unit pelayanan yang lebih sederhana:
a) Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa
pemeriksaan penunjang diagnostic, terhadap penderita ternyata pengobatan dan
perawatan dapat dilakukan di unit pelayanan yang lebih sederhana
b) Setelah melakukan pengobatan dan perawatan ternyata
penderita masih melakukan pembinaan selanjutnya yang dapat dilakukan oleh unit
pelayanan yang lebih sederhana
3.
Unit pelayanan yang merujuk kasus ke unit pelayanan
dengan kemampuannya yang sama.
a. Unit pelayanan dapat merujuk ke
unit pelayanan dengan kemampuan sama jika:
1)
Setelah melakukan pemeriksaan dengan atau tanpa
pemeriksaan penunjang diagnostic, ternyata untuk kemudahan penderita pengobatan
dan perawatan dapat dilakukan di unit pelayanan yang lebih dekat
2)
Setelah melakukan pengobatan dan perawatan, penderita
masih memerlukan pembinaan lanjutan di unit pelayanan yang lebih dekat
b. Unit pelayanan yang menerima
rujukan
1)
Unit pelayanan yang menerima rujukan dari unit
pelayanan yang lebih sederhana.
2)
Sesudah melakukan pemeriksaan penunjang diagnostic,
dapat mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan yang merujuk untuk
perawatan dan pengobatan
3)
Sesudah melakukan perawatan dan pengobatan, dapat
mengirimkan kembali penderita ke unit pelayanan yang merujuk untuk pembinaan
lebuh lanjut
c. Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih mampu
§ Melakukan perawatan dan pengobatan
penderita yang dirujuk, atau;
§ Melakukan pembinaan lanjutan
terhadap penderita yang dirujuk
d. Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan dengan kemampuan sama.
·
Melakukan perawatan dan pengobatan penderita yang
dirujuk, atau;
·
Melakukan pembinaan lanjutan terhadap penderita yang
dirujuk
Rujukan bahan-bahan penunjang
diagnostic
a. Unit pelayanan yang merujuk
1) Unit pelayanan yang merujuk ke unit
pelayanan yang lebih mampu
-
Jika tidak mampu melakukan pemeriksaan sendiri terhadap
bahan-bahan penunjang diagnostic tersebut
-
Jika hasil pemeriksaan terhadap bahan-bahan penunjang
diagnostic tersebut meragukan
2) Unit pelayanan yang merujuk ke unit
pelayanan yang lebuh sederhana, jika hasil pemeriksaan bahan diagnostik tersebut perlu
diinformasikan dan pemeriksaan bahan diagnostic tersebut akan dicobakan di unit
pelayanan yang dirujuk
3) Unit pelayanan yang merujuk kasus
ke unit pelayanan dengan kemampuan yang sama jika hasil pemeriksaan bahan
diagnostic tersebut perlu diinformasikan dan pemerikaan bahan diagnostic
tersebut akan dicobakan di unit pelayanan yang dirujuk
b. Unit pelayanan yang menerima
rujukan
1) Unit pelayanan yang menerima
rujukan dari unit pelayanan yang lebih sederhana perlu melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut:
a.
Melakukan pemeriksaan bahan-bahan penunjang diagnostic
yang dirujuk.
b.
Mengirimkan hasil pemeriksaan bahan-bahan penunjang
diagnostic kepada unit pelayanan yang merujuk.
2) Unit pelayanan yang menerima
bahan-bahan penunjang diagnostic dari unit pelayanan yang lebih mampu, perlu
melakukan tindakan.” Mencoba pemeriksaan yang lebih mampu, perlu melakukan yang
dirujuk”
3) Unit pelayanan yang menerima bahan
penunjang diagnostic dari unit pelayanan dengan kemampuan yang setingkat, perlu
melakukan tindakan.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan merupakan suatu sistem pelimpahan
tanggung jawab timbal balik atas kasus masalah yang berhubungan dengan KB di
antara pelayanan KB yang ada, baik secara vertical maupun horizontal.
Tujuan sistem rujukan di sini adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi
pelaksanaan pelayanan metode kontrasepsi secara terpadu.
¨
Mewujudkan suatu jaringan
pelayanan KB yang terpadu di setiap tingkat, sehingga masing-masing unit
pelayanan KB sesuai dengan tingkat kemampuan, berdaya guna dan berhasil guna
maksimal.
¨
Pembinaan dukungan terhadap arah
dan pendekatan program KB Nasional dalam hal perluasan jangkauan/pemerataan
pembinaan dengan pelayanan yang bermutu, dapat ditingkatkan serta perlindungan
penuh kepada masyarakat
B.
SARAN
Untuk tenaga kesehatan harus memperhatikan tentang kesehatan bayi
dengan memeberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas, sehingga
bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi.
Untuk para ibu harus memperhatikan kesehatan
bayinya yaitu sebisa mungkin untuk memberikan ASI ekslusif sampai usia 6 bulan.
Dan ibu memberi kan MP-ASI lebih dari 6 bulan. Ibu juga harus rutin untuk
menimbangkan bayinya dan memberikan imunisasi secara rutin. Ibu harus segera
membawa anaknya ketenaga kesehatan jika bayinya sakit, untuk mendapatkan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA
Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics).
EGC. Jakarta; 2000
Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.Syafrudin
dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Depkes RI. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta; 2003
Meilani, Niken. 2009. Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta : Fitramaya
Saifuddin
Bari Abdul.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
No comments:
Post a Comment